Harga Minyak Terus Mengalir, Tapi Kenaikannya Terbatas
Harga minyak global mengalami fluktuasi tajam dalam tiga hari terakhir. Harga Brent crude oil sempat menyentuh $81 per barel sebelum turun ke $66, dan kini naik 1,5% menjadi sekitar $68 per barel. Selama konflik antara Iran dan Israel, minyak menjadi indikator utama sentimen risiko. Meski Amerika Serikat ikut campur, harga minyak tidak melonjak ke $100 seperti yang diperkirakan banyak analis.
Harga minyak yang sulit bertahan di atas $70 menunjukkan bahwa pasar menilai konflik ini bersifat sementara dan tidak akan meluas. Laporan terbaru menyebutkan bahwa serangan AS terhadap fasilitas nuklir Iran tidak menghancurkan kapabilitas utama Iran, sehingga balasan dari Iran bersifat moderat: mereka menyerang pangkalan udara AS di Qatar yang kemungkinan besar sudah kosong.
Mulai berinvestasi sekarang atau coba demo
Buat Akun DOWNLOAD APLIKASI SELULER DOWNLOAD APLIKASI SELULERPasokan Global Jadi Faktor Penentu
Yang paling diperhatikan dalam pasar minyak global adalah apakah pasokan minyak terganggu. Saat ini, meskipun konflik berlangsung, pengiriman minyak tetap lancar. Selat Hormuz tetap terbuka dan Iran belum menunjukkan tanda akan menutup jalur penting ini. Inilah alasan mengapa premi risiko dalam harga minyak menurun dalam beberapa sesi terakhir.
Donald Trump menyatakan tidak ingin perubahan rezim di Iran, dan utusan AS untuk Timur Tengah mengungkapkan bahwa AS dan Iran telah berbicara untuk mencari solusi damai. Harapan akan kesepakatan damai ini bisa menekan potensi kenaikan harga minyak.
Mengapa Kenaikan Harga Minyak Terbatas?
Kondisi pasar saat ini tidak mendukung lonjakan harga minyak. OPEC+ terus meningkatkan pasokan, dan laporan minyak IEA untuk Juni menunjukkan bahwa pasokan global naik 330.000 barel per hari pada Mei. Saat ini, pasokan global 1,8 juta barel per hari lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.
Stok minyak dunia juga meningkat selama tiga bulan berturut-turut. IEA menyimpulkan: “Jika tidak ada gangguan besar, pasar minyak 2025 akan tetap tercukupi,” karena pasokan diperkirakan naik tahun ini dan tahun depan. Maka dari itu, inflasi juga diperkirakan tidak melonjak, dan peluang penurunan suku bunga dari Bank of England pada Agustus dan The Fed pada September tetap terbuka.
Indeks Dolar Mendekati Level Terendah Tahunan
Indeks dolar AS juga mengikuti tren harga minyak. Dolar menjadi salah satu mata uang G10 terlemah pekan ini, mendekati level terendah tahun ini di 97,60. Jika turun lebih lanjut, bisa kembali ke 95 seperti pada 2022. Lemahnya ekonomi AS, diversifikasi global dari dolar, dan ancaman masalah fiskal menjadi tekanan tambahan terhadap mata uang ini.
Saham AS Naik Berkat Bitcoin
Pasar saham AS tidak terganggu oleh konflik Timur Tengah. Volatilitas indeks S&P 500 tetap rendah dan naik lebih dari 1% pada hari Selasa, didorong oleh kenaikan saham kecil dan besar. Pendorong utamanya adalah Bitcoin, yang naik lebih dari 6% minggu ini.
Saham seperti Coinbase dan Super Micro Computer masuk daftar top performer di indeks S&P 500. Ini menunjukkan bagaimana korelasi antara Bitcoin, saham terkait, dan pelemahan dolar mencerminkan kondisi unik pasar AS saat ini. Namun, ini juga menandakan potensi risiko bagi saham-saham blue chip yang bergerak seiring Bitcoin.
Sementara itu, saham Tesla turun 2% karena sentimen terhadap proyek robotaksi mereda. Meski demikian, "Magnificent 7" tetap dalam tren naik dan mendominasi sentimen saham teknologi dan AI.
Energi dan Pertahanan Membebani FTSE 100
Saham Eropa diprediksi dibuka lebih tinggi, namun FTSE 100 Inggris masih tertinggal. Ini disebabkan oleh penurunan saham sektor energi dan pertahanan, seperti Shell (-3,7%) dan BAE Systems (-4%). Kedua sektor ini merupakan komponen besar FTSE 100 dan sedang tidak disukai investor.
Kurangnya saham teknologi juga menjadi hambatan FTSE 100, sementara minat investor kini kembali mengarah ke saham-saham berbasis AI. Sebagai contoh, harga saham Nvidia naik hampir 14% dalam sebulan terakhir.
Penutup: Selama Pasokan Tidak Terganggu, Harga Minyak Akan Stabil
Saat ini tidak ada rilis data ekonomi besar, dan risiko geopolitik mulai mereda. Harapan akan gencatan senjata permanen antara Iran dan Israel menguat. Seperti disebutkan, pasar minyak hanya akan bereaksi signifikan jika arus pasokan terganggu — dan sejauh ini, itu belum terjadi.