US payrolls, rebound bank Inggris, dan isu tarif akan mendominasi pekan ini.
Saham Eropa dibuka lebih tinggi di awal September, meredakan aksi jual pada Jumat lalu. Pasar AS tutup untuk libur Labor Day, sehingga awal bulan diperkirakan tenang. Fokus bergeser ke pemungutan suara kepercayaan di Prancis minggu depan serta pertemuan bank sentral. Laporan Non-Farm Payrolls (NFP) AS akan menjadi acara utama di akhir pekan.
Awal pekan membawa kabar buruk bagi Inggris. Nationwide melaporkan harga rumah turun 0,1% pada Agustus, menekan pertumbuhan tahunan ke 2,1% dari 2,4% di Juli. Hal ini bisa menandai awal musim gugur yang lemah bagi sektor properti Inggris, apalagi isu pajak properti dalam Autumn Budget masih dipertimbangkan. Sektor real estate tercatat sebagai sektor terlemah kedua di FTSE 100 pada awal pekan.
Mulai berinvestasi sekarang atau coba demo
Buat Akun DOWNLOAD APLIKASI SELULER DOWNLOAD APLIKASI SELULERDi Prancis, fokus juga meningkat setelah Perdana Menteri mengatakan kemungkinan ia kalah dalam pemungutan suara kepercayaan minggu depan yang bisa membuatnya mengundurkan diri. Hal ini dapat memicu gejolak politik dan berimbas pada peringkat kredit negara. Fitch akan merilis ulasan terbaru utang Prancis pada 12 September. Imbal hasil obligasi Prancis dan Eropa naik setelah Agustus yang berat, di mana yield 10 tahun Inggris naik 22 bps, Prancis 18 bps, sementara Jerman dan Eropa Selatan lebih moderat.
Akankah “September Effect” Terulang?
Awal bulan baru selalu menjadi momen krusial bagi investor. Secara historis, September adalah bulan yang lemah bagi saham, dengan “September effect” sering membawa ketidakpastian ke pasar keuangan. Saham cenderung berkinerja buruk di bulan ini, baik di Eropa maupun Amerika. Pertanyaannya, akankah hal yang sama terjadi tahun ini?
Agustus sendiri merupakan bulan yang solid bagi saham global, nyaris semuanya ditutup hijau. S&P 500 naik 3,56%, Eurostoxx +3,6%, sementara FTSE 100 terbebani sektor perbankan, tetapi masih mampu mencetak kenaikan tipis 1,6%. Namun, sentimen berbalik di akhir pekan lalu. Laporan Nvidia yang mengecewakan, ditambah aksi jual tajam di Eropa dan AS, membuat sebagian besar indeks mencatat kerugian. Menariknya, Russell 2000 (saham mid-cap AS) justru mengungguli S&P 500 minggu lalu, menunjukkan permintaan saham masih ada — hanya saja mungkin bergeser dari raksasa teknologi ke sektor lain di pasar AS.
China vs AS: Perang Chip Baru
Saham Asia juga mencatat pekan yang solid. Indeks utama China, CSI 300, naik 2,71% pekan lalu, dan saat ini outperform Nasdaq & S&P 500 secara YTD, lebih tinggi lebih dari 14%. Tema kunci di akhir kuartal ketiga adalah apakah produsen semikonduktor China bisa mengungguli nama besar seperti Nvidia dan AMD. Isu China kini menjadi faktor besar bagi produsen chip AS, karena tarif AS serta dorongan pemerintah China untuk memperkuat produksi chip domestik menekan harga saham mereka. Contohnya, saham Nvidia turun lebih dari 3% pada Jumat dan lebih rendah >1% dalam sebulan terakhir. Sebaliknya, Cambricon, produsen chip AI asal China, justru melonjak 113% dalam sebulan terakhir, menjadi saham dengan kinerja terbaik di CSI 300 dalam 4 minggu terakhir, meski momentumnya sedikit melemah dalam beberapa hari terakhir. Investor bisa saja beralih ke saham chip China bila mereka menilai Nvidia tidak mampu memaksimalkan permintaan dari pasar Tiongkok. Ini menjadi tema berkembang yang layak dipantau.
Bank Inggris Pulih Tipis di Tengah Ancaman Pajak
Tema lain yang berkembang adalah tekanan pada aset Inggris. Retakan mulai terlihat di FTSE 100, yang bulan lalu menjadi indeks dengan kinerja terburuk di Eropa. Aliran rumor mengenai potensi kenaikan pajak yang bisa dimasukkan dalam Autumn Budget menekan sektor keuangan pada Jumat, ketika pajak keuntungan ekstra (windfall tax) untuk bank Inggris diusulkan sebagai cara untuk menutup defisit £30 miliar. Saham perbankan ritel anjlok tajam, termasuk NatWest dan Lloyds, yang menjadi beberapa saham dengan performa terburuk di FTSE 100 di akhir pekan lalu.
Namun, kejatuhan ini mungkin terlalu berlebihan. Mulai muncul keraguan apakah Kanselir benar-benar akan memberlakukan pajak bank tambahan untuk mengambil kembali sebagian keuntungan yang didapat selama periode Quantitative Easing Bank of England, khususnya dari bunga cadangan yang mereka simpan di BOE. Pada Juli lalu, Kanselir meluncurkan strategi Financial Services Growth and Competitiveness. Akan aneh jika hanya beberapa bulan kemudian pemerintah menerapkan pajak yang justru akan melemahkan daya saing bank. Senin ini, saham bank Inggris mulai pulih. NatWest dan Barclays naik lebih dari 1%, membalikkan sebagian kerugian dari Jumat. Hal ini bisa membuat FTSE 100 berpotensi mengungguli rekan-rekannya di Eropa pada awal pekan baru.
Mengapa Tarif AS Belum Dicabut
Tema lain yang kemungkinan akan mendominasi pasar bulan ini adalah bank sentral — khususnya potensi pemangkasan suku bunga The Fed — serta kebijakan perdagangan AS, setelah pengadilan banding federal memutuskan bahwa tarif impor Presiden Trump ilegal karena diterbitkan di bawah undang-undang darurat.Untuk saat ini, tarif tetap berlaku selama proses hukum berjalan. Dalam waktu dekat, hanya tarif terhadap China, Kanada, Meksiko, serta pihak-pihak yang menggugat Gedung Putih yang mungkin akan dikurangi. Namun, keputusan ini merupakan kemunduran politik bagi Donald Trump dan bisa menjadi sumber malu diplomatik bagi Presiden dan timnya di Gedung Putih. Bagaimana pasar bereaksi pada Senin–Selasa saat Wall Street buka kembali akan sangat menarik untuk dipantau. Apakah kabar ini bisa memicu reli global berikutnya dan menepis kekhawatiran bahwa September adalah bulan yang secara historis lemah bagi saham? Apakah saham AS justru akan outperform meskipun isu tarif biasanya berdampak negatif di masa lalu? Atau pasar akan mengabaikan kabar ini karena kasus masih berlanjut?
Di minggu depan, bertikut adalah agenda ekonomi yang wajib di pantau:
1. US Non-Farm Payrolls (NFP)
Laporan ketenagakerjaan AS selalu menjadi sorotan utama kalender ekonomi di awal bulan. Data NFP Agustus kali ini akan lebih penting dari biasanya karena menjadi laporan terakhir sebelum pertemuan The Fed bulan September, di mana pasar sudah memproyeksikan 87% peluang pemangkasan suku bunga. Saat ini, pasar menilai akan ada dua pemangkasan penuh di September dan Desember, dengan 53% peluang tambahan di Oktober.
Reaksi pasar terhadap laporan NFP Agustus kemungkinan akan bersifat binary: Data lemah → memperkuat ekspektasi pemangkasan. Data kuat → bisa memicu recalibration ekspektasi suku bunga. Pasar memperkirakan kenaikan payroll sekitar 75 ribu, naik tipis dari 73 ribu di Juli. Laporan Juli bahkan membuat Presiden langsung memecat Kepala Biro Statistik Tenaga Kerja karena angka yang mengecewakan. Karena itu, reaksi Trump juga layak dipantau jika angka Agustus buruk. Namun, Presiden juga harus hati-hati, sebab jika data terlalu kuat, justru bisa memperlambat laju pemangkasan suku bunga ke depan.
Sektor manufaktur diperkirakan mencatat penurunan payroll untuk bulan keempat berturut-turut. Tingkat pengangguran diproyeksikan naik ke 4,3% dari 4,2% di Juli. Pertumbuhan upah per jam rata-rata diperkirakan melemah tipis ke 3,7% dari 3,9%.
Rekrutmen yang lemah di Juli membuat beberapa pejabat The Fed, termasuk Christopher Waller, menilai momentum pasar tenaga kerja sedang melemah. Namun, indikator lain menunjukkan kemungkinan ada perbaikan di Agustus, sehingga kejutan positif tidak bisa dikesampingkan. Jika data JOLTS menunjukkan peningkatan lowongan kerja, dolar AS bisa menguat dan imbal hasil obligasi naik.
Sejak laporan payroll terakhir, yield obligasi pemerintah AS tenor 10 tahun sudah turun 14 bps, dan tenor 2 tahun turun 32 bps. Minimnya dukungan yield ini menekan dolar AS, yang menjadi mata uang terlemah kedua di kelompok G10 pada Agustus.
2. Inflasi Eropa (European CPI)
ECB akan memasuki periode quiet minggu ini menjelang rapat 11 September, dengan pasar memperkirakan hampir tidak ada peluang pemangkasan suku bunga. Fokus utama justru pada data inflasi Agustus. Inflasi utama diperkirakan naik tipis 0,1% m/m, dengan laju tahunan tetap di 2% (sesuai target ECB). Inflasi inti diperkirakan turun ke 2,2% dari 2,3% di Juli. Inflasi di Spanyol & Prancis jauh lebih lemah dari ekspektasi, masing-masing hanya 0,8% y/y, sementara Jerman naik ke 2,1% — masih level yang bisa diterima oleh ECB.
Beberapa pejabat ECB sudah memberi sinyal bahwa siklus kenaikan suku bunga berakhir. Karena itu, meski inflasi lebih lemah dari perkiraan, euro masih berpeluang bertahan kuat terhadap USD & GBP. Saat ini EUR/USD menguji level $1.17, dengan support kuat di $1.1650 (50-day SMA) dan resistance berikut di $1.1830 (puncak awal Juli). Jika NFP AS lebih lemah dari ekspektasi, euro bisa menguji level resistance tersebut pekan ini.