Baca selengkapnya

5 Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Berinvestasi

Waktu membaca: 10 Menit
Seseorang fokus mengetik di laptop, dengan garis merah tampak di layar, menggambarkan pekerjaan atau pengeditan yang sedang berlangsun
Investasi bisa menjadi cara yang kuat untuk mengembangkan kekayaan, tetapi kesalahan seperti market timing, kurang diversifikasi, dan keputusan emosional bisa menghambat hasilnya. Jangan biarkan kesalahan yang bisa dihindari menggagalkan tujuan finansialmu. Siap mengambil kendali atas investasimu? Mulailah membuat keputusan finansial yang lebih baik hari ini!

Investasi bisa menjadi salah satu cara paling efektif untuk membangun kekayaan dan mencapai kebebasan finansial, tetapi bukan tanpa jebakan. Bahkan investor berpengalaman pun bisa membuat kesalahan investasi yang menghabiskan waktu, uang, dan peluang. Baik kamu masih baru di pasar maupun sudah lama bertransaksi, mengenali kesalahan investasi yang sering terjadi dapat membantumu membuat keputusan yang lebih cerdas dan menghindari kerugian yang mahal.

Mulai dari memilih saham yang sedang "ramai" hingga mengabaikan riset, langkah-langkah keliru ini dapat merusak strategi investasi dan tujuan jangka panjangmu. Dalam artikelini, kita akan membahas lima kesalahan terumum yang dilakukan investor dan bagaimana cara menghindarinya, sehingga kamu bisa masuk ke pasar dengan lebih percaya diri dan strategi yang jelas. Menghindari kesalahan-kesalahan ini bisa menjadi pembeda antara kesuksesan finansial dan peluang yang terlewat.

 

Key Takeaways

  • Berinvestasi dengan sukses membutuhkan pengetahuan, disiplin, dan kemampuan untuk menghindari jebakan pasar
  • Mengenali dan memahami cognitive biases dapat membantu investor mengambil keputusan yang lebih rasional
  • Wajar jika investor membuat kesalahan, bahkan manajer investasi paling terkenal seperti Warren Buffett, George Soros, atau Stanley Druckenmiller pun banyak membuat kesalahan sepanjang kariernya
  • Kesalahan investasi yang umum mencakup kurang riset, keputusan emosional, serta praktik diversifikasi yang salah atau tidak dilakukan sama sekali
  • Belajar dari kesalahan dan bias bisa mengarah pada strategi investasi dan hasil yang lebih baik. Pelajaran dari siklus ekonomi—bubble dan crash—juga penting untuk dipertimbangkan

 

5 Kesalahan Investasi yang Paling Umum Terjadi

Sebuah rambu putih dengan tiga panah yang mengarah ke arah berbeda, dengan latar belakang netralSumber Gambar: Adobe Stock Photos

Memahami kesalahan umum dari berbagai sudut pandang membantu investor mengenali potensi jebakan dan bias, sehingga bisa mengambil keputusan investasi yang lebih baik dan terinformasi di pasar saham. Berikut rincian dari kesalahan-kesalahan yang paling umum.

  1. Mencoba Memprediksi Waktu Pasar (Market Timing)
    Penjelasan: Market timing adalah upaya membeli di harga rendah dan menjual di harga tinggi dengan memprediksi pergerakan pasar. Strategi ini sering muncul dari rasa percaya diri berlebihan, ilusi kontrol, dan bias di mana investor merasa mampu mengantisipasi pergerakan harga jangka pendek berdasarkan peristiwa atau berita terbaru. Rasa takut tertinggal (FOMO - Fear of Missing Out) dan perilaku ikut-ikutan (herd behaviour) juga dapat mendorong keputusan impulsif untuk masuk atau keluar pasar di waktu yang salah.
    Contoh Kasus: Selama kejatuhan pasar akibat COVID-19 pada 2020, banyak investor menjual saham mereka karena panik, dan melewatkan pemulihan cepat yang terjadi setelahnya. Alih-alih mencoba menebak pasar, pendekatan disiplin buy-and-hold justru memberikan hasil yang lebih baik dalam kasus ini.
  2. Kurang Diversifikasi atau Diversifikasi yang Salah
    Penjelasan: Gagal melakukan diversifikasi berarti menempatkan terlalu banyak dana pada satu kelas aset, satu sektor, atau satu saham saja. Kesalahan investasi ini sering muncul karena familiarity bias (terlalu menyukai saham yang sudah dikenal), home bias (terlalu fokus pada perusahaan domestik), dan rasa percaya diri berlebihan terhadap investasi tertentu. Hal ini meningkatkan eksposur terhadap risiko spesifik dan bisa berdampak signifikan pada kinerja portofolio secara keseluruhan. Yang lebih buruk adalah diversifikasi yang salah, yang memberi rasa aman palsu—misalnya, mengumpulkan banyak aset yang ternyata saling berkorelasi tinggi (contohnya, deretan saham siklikal berisiko tinggi dalam satu portofolio).
    Contoh Kasus: Seorang investor yang menempatkan seluruh dananya di saham teknologi bisa mengalami kerugian besar ketika sektor teknologi mengalami koreksi, seperti saat bubble dot-com pecah di awal 2000-an. Portofolio yang terdiversifikasi lintas sektor dan kelas aset akan mengurangi risiko ini.
  3. Keputusan Berdasarkan Emosi
    Penjelasan: Emotional investing terjadi ketika keputusan didorong oleh rasa takut, serakah, atau reaksi emosional lainnya, bukan oleh analisis rasional. Bias umum yang terlibat termasuk loss aversion (lebih takut rugi daripada senang mendapat untung) dan recency bias (terlalu fokus pada kejadian terbaru). Emosi dapat mendorong investor menjual panik saat pasar turun atau membeli berlebihan saat pasar sedang bullish.
    Contoh Kasus: Selama krisis keuangan 2008, banyak investor menjual saham dengan kerugian besar karena takut harga akan terus turun. Mereka yang tetap tenang dan mempertahankan perspektif jangka panjang justru berada dalam posisi yang lebih baik untuk menikmati pemulihan pasar di tahun-tahun berikutnya.
  4. Mengejar Saham yang sedang Populer
    Penjelasan: Mengejar saham populer berarti mengejar saham-saham yang sedang populer hanya berdasarkan hype, bukan fundamental. Perilaku ini sering dipicu oleh bias karna kejadian terkini (recency bias), efek ikut-ikutan (bandwagon effect - mengikuti kerumunan), dan FOMO. Pendekatan ini mengabaikan faktor penting seperti valuasi, stabilitas laba, dan prospek pertumbuhan jangka panjang, sehingga lebih bersifat spekulatif daripada investasi yang terinformasi.
    Contoh Kasus: Saat fenomena meme stocks pada 2021, saham seperti GameStop dan AMC melonjak karena hype media sosial. Banyak investor masuk tanpa memahami fundamental perusahaan yang lemah, dan akhirnya mengalami kerugian besar ketika harga saham tersebut terkoreksi.
  5. Mengabaikan Jangka Waktu Investasi (Investment Time Horizon)
    Penjelasan: Mengabaikan investment time horizon (jangka waktu investasi) dapat menyebabkan ketidaksesuaian antara jenis aset dan tingkat risiko dengan tujuan finansial. Kesalahan investasi ini sering terjadi karena anchoring bias atau terpaku pada angka atau data tertentu dan bias masa kini (present bias - terlalu mementingkan keuntungan jangka pendek dibanding manfaat jangka panjang). Hal ini bisa berujung pada alokasi aset yang tidak tepat, misalnya menempatkan dana jangka pendek di saham yang sangat volatil.
    Contoh Kasus: Seorang investor yang menabung untuk uang muka rumah dalam dua tahun mungkin menempatkan dana tersebut di saham berisiko tinggi dengan harapan mendapatkan keuntungan cepat. Namun, volatilitas pasar bisa menyebabkan kerugian dan menggagalkan rencana keuangan. Menyelaraskan investasi dengan jangka waktunya akan meminimalkan risiko ini.
Grafik yang menggambarkan tren harga dalam periode waktu tertentuSeperti terlihat di atas, meskipun terjadi krisis GFC, crash COVID-19 2020, dan beberapa koreksi pasar, indeks Nasdaq 100 mencatat kenaikan hampir 900% sejak 2008 hingga September 2024. Informasi ini tidak menjamin kinerja atau hasil investasi di masa mendatang. Segala keputusan trading sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu. Source: XTB Research, Bloomberg Finance L.P.
 

 

10 Tips Terbaik untuk Menghindari Kesalahan Investasi

Tombol merah dan putih dengan tanda seru merah mencolok, menunjukkan urgensi atau peringatan
  1. Kembangkan Rencana Investasi Jangka Panjang
    Rencana investasi jangka panjang yang matang berfungsi sebagai peta jalan finansialmu, membimbing keputusan dan membantumu tetap fokus pada tujuan jangka panjang terlepas dari gejolak pasar. Rencanamu sebaiknya mencakup tingkat toleransi risiko, jangka waktu investasi, dan tujuan spesifik (misalnya pensiun, membeli rumah, pendidikan). Dengan berpegang pada rencana, kamu terhindar dari godaan bereaksi impulsif terhadap noise pasar atau tren jangka pendek.
    Pro Tip: Tinjau dan sesuaikan rencana secara berkala saat kondisi hidup berubah, tetapi hindari mengubah strategi investasi hanya karena pergerakan pasar jangka pendek.
  2. Diversifikasi Portofolio Investasi Anda
    Diversifikasi berarti menyebarkan investasi ke berbagai kelas aset (saham, obligasi, properti, dll.), sektor, dan wilayah geografis, sehingga mengurangi dampak kinerja buruk dari satu aset terhadap portofolio secara keseluruhan. Strategi ini membantu mengelola risiko dan menstabilkan imbal hasil seiring waktu, sekaligus melindungi dari penurunan di sektor tertentu.
    Pro Tip: Gunakan reksa dana terdiversifikasi atau ETF untuk mendapatkan eksposur pasar yang luas hanya dengan satu produk, sehingga kamu tidak terlalu bergantung pada satu perusahaan atau sektor saja.
  3. Praktikkan Disiplin dan Kesabaran dalam Berinvestasi
    Investasi yang sukses membutuhkan disiplin untuk tetap berpegang pada strategi, bahkan saat pasar turun, serta kesabaran untuk memberi waktu bagi investasimu tumbuh. Hindari mengubah portofolio karena rasa takut, serakah, atau berita jangka pendek. Ingat, bereaksi terhadap setiap pergerakan pasar bisa membuatmu membeli di harga tinggi dan menjual di harga rendah—resep pasti untuk hasil yang buruk.
    Pro Tip: Atur jadwal rutin untuk meninjau portofolio investasi (misalnya setahun sekali) alih-alih memeriksanya setiap hari. Ini bisa mengurangi reaksi emosional dan membantu menjaga fokus jangka panjang.
  4. Hindari Market Timing
    Market timing—mencoba memprediksi kapan harus membeli atau menjual berdasarkan proyeksi pasar ini merupakan strategi yang merugikan bagi sebagian besar investor. Riset menunjukkan bahwa bahkan profesional pun kesulitan melakukannya dengan konsisten. Biaya dari melewatkan beberapa hari terbaik di pasar bisa sangat besar terhadap imbal hasil jangka panjang.
    Pro Tip: Gunakan strategi dollar-cost averaging, yaitu menginvestasikan jumlah tetap secara berkala tanpa memperdulikan kondisi pasar. Dengan cara ini, kamu membeli lebih banyak unit saat harga turun dan lebih sedikit saat harga naik.
  5. Lakukan Riset dan Due Diligence yang Menyeluruh
    Berinvestasilah berdasarkan riset yang kuat dan pemahaman terhadap fundamental perusahaan, termasuk kesehatan keuangan, posisi kompetitif, dan prospek pertumbuhan. Hindari mengandalkan tips, judul berita, atau hype media sosial yang bisa menyesatkan atau bias.
    Pro Tip: Gunakan sumber terpercaya seperti laporan keuangan perusahaan, riset analis, dan platform riset independen untuk memvalidasi keputusan investasi.
  6. Tetapkan Ekspektasi dan Tujuan yang Realistis
    Ekspektasi yang tidak realistis tentang imbal hasil dapat memicu kekecewaan dan keputusan impulsif. Pahami bahwa rata-rata imbal hasil saham jangka panjang umumnya sekitar 7–10% per tahun, termasuk periode ketika pasar turun. Menyadari hal ini membantumu tetap berpijak pada realitas dan menghindari investasi berisiko tinggi yang menjanjikan keuntungan cepat dan besar.
    Pro Tip: Nilai kinerja portofolio terhadap tolok ukur yang realistis, bukan hanya membandingkan dengan puncak pasar, agar ekspektasimu tetap terkontrol.
  7. Kendalikan Reaksi Emosional
    Investasi berbasis emosi sering membuat investor membeli saat euforia (harga tinggi) dan menjual saat panik (harga rendah) kebalikan dari yang seharusnya dilakukan. Sadari bahwa pasar itu siklikal dan volatilitas adalah hal normal. Memiliki strategi yang jelas akan membantumu lebih "berjarak" secara emosional dari investasimu.
    Pro Tip: Latih teknik mindfulness seperti menarik napas dalam atau berjalan sejenak sebelum mengambil keputusan investasi di masa volatilitas tinggi. Jeda kecil ini bisa mencegah aksi tergesa yang dipicu rasa takut atau euforia.
  8. Fokus pada Gambaran Besar, Bukan Issue Jangka Pendek
    Berita pasar harian, judul sensasional, dan fluktuasi harga saham jangka pendek dapat mengalihkan perhatianmu dari tujuan investasi jangka panjang. Pergerakan jangka pendek sering digerakkan faktor yang tidak berkaitan dengan nilai fundamental perusahaan.
    Pro Tip: Batasi konsumsi berita keuangan agar tidak kewalahan oleh issue pasar. Fokuslah pada penilaian kinerja kuartalan atau tahunan, bukan pergerakan harian.
  9. Menyesuaikan Portofolio Secara Berkala
    Rebalancing berarti menyesuaikan kembali portofolio ke komposisi aset target, yang bisa bergeser akibat pergerakan pasar. Proses disiplin ini membantumu menjual aset yang sudah naik banyak (ambil untung) dan menambah porsi di aset yang tertinggal, sambil menjaga tingkat risiko yang diinginkan.
    Pro Tip: Tentukan jadwal rebalancing portofolio (misalnya setahun sekali), atau lakukan ketika alokasi aset menyimpang dari target lebih dari batas tertentu, seperti 5%.
  10. Terus Belajar dan Tingkatkan Pengetahuan Investasi
    Dunia investasi terus berkembang, dan tetap mengikuti tren pasar, indikator ekonomi, serta strategi investasi dapat membantumu mengambil keputusan yang lebih baik. Belajar juga membangun rasa percaya diri dan mengurangi kemungkinan keputusan yang didasari rasa takut atau informasi yang salah.
    Pro Tip: Sisihkan waktu untuk membaca buku investasi, mengikuti webinar, atau mengikuti platform edukasi finansial yang kredibel. Semakin banyak pengetahuan yang kamu bangun, semakin siap kamu menghadapi kompleksitas dunia investasi.
     

Kesimpulan

Investasi adalah alat yang kuat untuk menumbuhkan kekayaan, tetapi mudah terjebak dalam kesalahan investasi yang bisa menghambat kemajuan finansial. Dengan memahami dan menghindari kesalahan seperti mengejar tren, gagal diversifikasi, atau membiarkan emosi memimpin keputusan kamu dapat mempersiapkan diri untuk kesuksesan jangka panjang. Ingat, investasi yang berhasil membutuhkan kesabaran, disiplin, dan pendekatan yang strategis. Dengan belajar dari jebakan-jebakan umum ini dan membuat keputusan yang terinformasi, kamu bisa meningkatkan strategi investasi dan mencapai tujuan finansial dengan keyakinan yang lebih besar.

  1. Hindari Market Timing: Mencoba memprediksi pergerakan pasar sering berujung pada peluang yang terlewat dan keputusan yang buruk. Tetap berinvestasi dan fokus pada tujuan jangka panjang biasanya lebih efektif.
  2. Diversifikasi Portofolio Anda: Diversifikasi menyebar risiko ke berbagai aset, sehingga dampak kinerja buruk satu investasi tidak merusak seluruh portofolio dan membantu mengurangi efek volatilitas pasar.
  3. Kendalikan Emosi: Investasi emosional seperti menjual panik atau membeli saat euforia sering berujung pada membeli di harga tinggi dan menjual di harga rendah. Tetap berpegang pada rencana investasi dan jangan biarkan rasa takut atau serakah mengendalikan tindakanmu.
  4. Jangan Mengejar Saham yang Sedang Tren: Berinvestasi di saham "panas" atau tren tanpa riset mendalam bisa berbahaya. Saham seperti ini sering sudah mahal dan sangat volatil, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian besar.
  5. Miliki Rencana Investasi yang Jelas: Strategi investasi yang jelas membantumu tetap fokus, menghindari keputusan impulsif, dan menyelaraskan portofolio dengan toleransi risiko, jangka waktu, dan tujuan finansialmu.

Poin-poin ini menekankan pentingnya investasi yang disiplin, riset yang tepat, dan perencanaan strategis untuk mencapai kesuksesan jangka panjang di pasar saham.

 

Materi pemasaran ini bukan merupakan rekomendasi investasi atau saran strategi investasi. Informasi ini tidak menjamin kinerja atau hasil investasi di masa mendatang. Aktivitas trading melibatkan risiko kerugian finansial yang signifikan, termasuk kemungkinan kehilangan sebagaian maupun seluruh modal yang diinvestasikan. Segala keputusan trading sepenuhnya menjadi tanggung jawab individu.

 

Gambar berulang yang menampilkan kata 'FAQ' dalam pola berulang, menekankan pertanyaan yang sering diajukan

FAQ

Kesalahan paling umum saat mencoba market timing adalah membeli ketika pasar sedang di puncak karena euforia, atau menjual ketika pasar berada di titik rendah karena ketakutan. Hal ini mengarah pada hasil investasi yang buruk. Tetap berinvestasi dengan strategi jangka panjang sering memberikan hasil yang lebih baik.

Kurangnya diversifikasi berarti menempatkan terlalu banyak uang pada satu aset, sektor, atau pasar. Strategi ini meningkatkan eksposur terhadap risiko spesifik, yang dapat berdampak besar pada kinerja portofolio jika aset tersebut berkinerja buruk. Diversifikasi membantu menyebar risiko dan memberikan bantalan terhadap volatilitas pasar.

Investasi emosional yang didorong oleh rasa takut atau serakah sering mengarah pada keputusan impulsif seperti menjual panik atau membeli berlebihan. Perilaku ini mengganggu strategi investasi dan bisa berujung pada membeli di harga tinggi dan menjual di harga rendah, sehingga merusak tujuan finansial jangka panjang.

Bahaya mengejar saham panas adalah membeli karena hype tanpa riset yang memadai. Saham-saham ini bisa saja overvalued dan sangat volatil, sehingga berpotensi menimbulkan kerugian besar ketika hype mereda. Fokuslah pada fundamental dan hindari tergoda popularitas jangka pendek.

Mengabaikan investment time horizon dapat membuatmu memilih instrumen yang tidak sesuai dengan tujuan finansial. Misalnya, menggunakan saham berisiko tinggi untuk kebutuhan jangka pendek dapat menimbulkan kerugian yang mengganggu rencana. Menyelaraskan strategi investasi dengan jangka waktu membantu mengelola risiko dan memastikan tujuan finansial tercapai.

Bergabunglah dengan lebih dari 2.000.000 investor XTB dari seluruh dunia

Instrumen keuangan yang kami tawarkan, khususnya derivatif, berisiko tinggi. Saham Fraksional (FS) merupakan hak fidusia yang diperoleh dari XTB atas bagian saham fraksional dan ETF. FS bukanlah instrumen keuangan yang terpisah. Hak korporasi yang terbatas dikaitkan dengan FS.
Instrumen keuangan yang kami tawarkan, khususnya derivatif, berisiko tinggi. Saham Fraksional (FS) merupakan hak fidusia yang diperoleh dari XTB atas bagian saham fraksional dan ETF. FS bukanlah instrumen keuangan yang terpisah. Hak korporasi yang terbatas dikaitkan dengan FS.