- Pasar saham global mencapai rekor tertinggi minggu ini.
- Namun, kinerja harga saham pasca laporan keuangan AS cenderung mengecewakan.
- Kekhawatiran kesehatan Trump menahan retorika tarif untuk sementara.
- Poundsterling berisiko tertekan oleh imbal hasil obligasi.
- Pasar saham Inggris lebih dipengaruhi faktor global, bukan ekonomi domestik.
- Narasi “ekonomi AS yang tangguh” masih mendominasi sentimen pasar
Sentimen risiko positif berlanjut pada Jumat ini, setelah pekan yang mencatat rekor tertinggi bagi saham global. S&P 500 mencetak rekor tertinggi baru pada Kamis dan diperkirakan akan melanjutkan penguatannya, meski kenaikan indeks saham pekan ini masih tipis. Meskipun laporan keuangan yang lebih baik dari perkiraan mendorong indeks naik, reaksi harga saham individu cenderung di bawah ekspektasi. Contohnya, Netflix melaporkan kinerja kuartal kedua yang lebih baik dari perkiraan dengan proyeksi pendapatan 2025 yang optimis, namun harga sahamnya justru turun lebih dari 1% di perdagangan pra-pasar Jumat, jauh dari rata-rata pergerakan sahamnya pasca laporan keuangan yang biasa mencapai 8%.
Kenapa Harga Saham Kurang Merespons Positif Laporan Keuangan?
Kenaikan saham yang terus merangkak ke rekor baru masih wajar: beberapa saham dan indeks terlihat sudah terlalu mahal setelah penguatan tajam sepanjang 2025. Misalnya, Netflix memiliki P/E forward 12 bulan di atas 40, sedangkan S&P 500 mencatat rasio P/E di atas 26 kali laba agregat - tertinggi sejak Februari, mendekati 27.7, level tertinggi sejak 2022. Saat valuasi setinggi ini, wajar jika muncul kehati-hatian dan kekhawatiran potensi koreksi.
Valuasi Tinggi Jadi Risiko untuk Saham AS
Kabar baik di pasar saham dibayangi kekhawatiran bahwa valuasi terlalu mahal dan pertumbuhan laba yang kuat di Q2 bisa jadi sulit diulang di akhir tahun. Misalnya, bank-bank seperti Goldman Sachs, JP Morgan, dan Citi melaporkan hasil trading yang luar biasa di Q2 berkat volatilitas pasar pada April, yang mungkin tidak terjadi lagi di Q3. Sektor perbankan memang mengungguli S&P 500 tahun ini, tetapi sinyal peringatan mulai bermunculan. Banyak yang menilai keputusan Warren Buffett - yang telah mengurangi kepemilikan saham bank AS - sebagai indikator penting.
Mengapa menjual saham saat harga masih naik? Ini pertanyaan wajar. Namun, strategi investasi jangka panjang Berkshire Hathaway memungkinkan mereka ambil untung di level tertentu. Ini bukan berarti saham bank akan jatuh, tapi mungkin sudah dekat dengan puncak.
Mulai berinvestasi sekarang atau coba demo
Buat Akun DOWNLOAD APLIKASI SELULER DOWNLOAD APLIKASI SELULERRisiko Tarif Mereda, Saham Cetak Rekor
Tarif sempat mendominasi sentimen pasar pekan ini, tapi fokus yang beralih ke isu kesehatan Trump bisa meredakan risiko tarif. Uni Eropa dan Kanada kini menghadapi tantangan untuk negosiasi tarif lebih baik sebelum tenggat 1 Agustus. Dengan nada Trump yang melunak, pasar cenderung melupakan risiko tarif dan kembali fokus ke faktor positif seperti ekonomi AS yang tahan banting.
Dolar AS juga melemah pada Jumat, meskipun masih menjadi mata uang G10 berkinerja terbaik kedua minggu ini. Dolar memang menguat terhadap yen dan pound bulan ini, tapi melemah terhadap euro dan franc Swiss - mata uang safe haven pilihan pasar.
Poundsterling Kembali Tertekan oleh Yield Obligasi
Pound berisiko menembus support di $1.3370 - level terendah akhir Juni. Jika level ini ditembus, potensi penurunan ke $1.30 terbuka lebar. Faktor utama tekanan pound berasal dari yield obligasi dan kekhawatiran krisis fiskal Inggris. Obligasi Inggris mencatat kinerja terburuk di antara negara maju minggu ini, dengan yield 2 tahun naik lebih dari 10 bps dan 10 tahun naik 7 bps. Data ekonomi Inggris juga mengecewakan: PDB menyusut, pengangguran naik, dan inflasi di atas ekspektasi.
Meskipun begitu, FTSE 100 mencetak rekor dan FTSE 250 menyentuh level tertinggi sejak 2022. Mengapa? Karena indeks saham Inggris didominasi perusahaan global - bahkan FTSE 250 menghasilkan lebih dari 50% pendapatan dari luar negeri. Dengan begitu, performa indeks bisa tetap baik meski ekonomi domestik tertekan.
Performa Saham Inggris Dipengaruhi Faktor Global: GSK dan Burberry
Contohnya, GlaxoSmithKline menjadi saham terlemah di FTSE 100 karena FDA AS menolak mendukung obat kanker darahnya - alasannya, GSK menolak uji coba dosis rendah yang bisa mengurangi risiko toksisitas mata. Ini bukan karena FDA memihak perusahaan farmasi AS.
Sebaliknya, Burberry menjadi salah satu saham terbaik di FTSE 250 setelah laporan keuangan yang lebih baik dari ekspektasi. Penjualan memang turun di kuartal pertama, tapi penurunannya lebih kecil dari perkiraan - indikasi positif bagi strategi baru perusahaan. Misalnya, penjualan di toko hanya turun 1% dalam tiga bulan hingga Juni, dibanding 6% tahun lalu. Burberry juga optimistis akan ada perbaikan berkelanjutan di kuartal mendatang.
Hari ini, fokus pasar ada pada data keyakinan konsumen University of Michigan yang akan dirilis sore ini. Data ini penting untuk mendukung narasi "ekonomi AS yang tangguh" yang mendominasi pasar minggu ini.