Ekonomi Inggris belum menunjukkan perbaikan berarti dalam beberapa pekan terakhir, namun konsumen masih menjadi pilar utama yang menopang perekonomian. Penjualan ritel (tidak termasuk bahan bakar) naik 0,6% pada Juni, lebih rendah dari ekspektasi ekonom sebesar 1,2% MoM. Meskipun di bawah ekspektasi, angka ini menunjukkan pemulihan dibandingkan Mei yang turun 2,9%.
Data penjualan ritel ini lebih lemah dibandingkan data dari BRC yang memperkirakan kenaikan YoY sebesar 2,7%. Namun, Kantor Statistik Nasional (ONS) mencatat bahwa semua sektor utama mengalami pertumbuhan pada Juni: penjualan non-makanan naik 1,7%, makanan 0,7%, dan bahan bakar 2,8%.
Mulai berinvestasi sekarang atau coba demo
Buat Akun DOWNLOAD APLIKASI SELULER DOWNLOAD APLIKASI SELULER
Cuaca Panas Dorong Angka Penjualan
Cuaca panas mendongkrak penjualan di supermarket, terutama untuk produk minuman. Penjualan bahan bakar juga naik karena masyarakat bepergian menikmati musim panas. Meski ekonomi secara umum sedang lesu, konsumen tetap aktif berbelanja berkat kenaikan gaji dan harapan terhadap penurunan suku bunga bulan depan.
Pesimisme Bisnis Masih Tinggi
Survei ONS tentang Dampak Ekonomi pada Bisnis Inggris menunjukkan bahwa ketidakpastian ekonomi tetap menjadi tantangan utama bagi pelaku usaha pada Juli. Biaya tenaga kerja menjadi beban besar bagi perusahaan dengan lebih dari 10 karyawan. Hampir 20% bisnis memperkirakan omzetnya akan turun pada Agustus dibandingkan Juli, sebagian karena faktor musiman. Ini mengindikasikan bahwa kepercayaan bisnis masih rendah dan pesimisme meningkat, memperkuat sentimen rapuh ekonomi Inggris.
Pound melemah pada hari Jumat dan menjadi mata uang G10 dengan kinerja terburuk minggu ini. Sejak awal kuartal, dolar AS menguat secara luas, sementara pound berada di posisi kedua terlemah, terbebani oleh isu politik dan ekonomi serta penurunan imbal hasil obligasi Inggris.
Saham Eropa Tertekan Harapan Rate Cut ECB yang Surut
Meskipun S&P 500 dan Nasdaq mencetak rekor baru pada Kamis, momentum tidak berlanjut ke pasar Eropa. Pernyataan hawkish ECB telah meredam sentimen, terutama setelah Christine Lagarde menepis harapan akan adanya pemangkasan suku bunga pada September. Pasar kini hanya memprediksi 15% peluang pemangkasan, turun dari 42% sebelum pertemuan ECB. Selain itu, LVMH melaporkan penjualan yang lemah akibat lesunya permintaan terhadap produk mewah, walaupun sahamnya naik pada hari Jumat karena harapan pemulihan di masa depan.
Kondisi ini mendorong kenaikan imbal hasil obligasi Eropa: Prancis dan Jerman masing-masing naik 14 dan 15 bps minggu ini. Ini mencerminkan sensitivitas pasar terhadap kemungkinan suku bunga ECB telah mencapai batas bawah di 2%.
Kejelasan Risiko Perdagangan Dorong Harapan Kenaikan Suku Bunga Jepang
Kesepakatan perdagangan antara Jepang dan AS dengan tarif 15% mendorong ekspektasi kenaikan suku bunga oleh Bank of Japan. Peluang kenaikan suku bunga pada Oktober naik dari 25% menjadi 40%. Yen menguat tipis, namun momentum tetap berpihak pada dolar AS sehingga menahan kenaikan USDJPY.
Menuju akhir pekan, pasar berharap ada kabar positif dari negosiasi perdagangan AS–Uni Eropa sebelum tenggat 1 Agustus. Laporan menyebutkan kemungkinan tarif 15% untuk berbagai sektor, meski belum ada konfirmasi dari AS, khususnya terkait produk farmasi. Situasi ini bisa membuat aset Eropa sensitif dan euro berisiko tertekan jika tidak ada kesepakatan yang tercapai akhir pekan ini.
Saham AS Berpeluang Menguat
Futures saham AS bergerak naik tipis, ditopang oleh dua hal: (1) meredanya kekhawatiran terkait negosiasi tarif dan (2) konfirmasi bahwa Presiden Trump tidak akan memecat Ketua The Fed Jerome Powell. Ini memperkuat momentum positif saham AS, yang tampaknya akan mengungguli saham Eropa pekan ini—kecuali FTSE 100, yang menjadi indeks dengan performa terbaik secara global minggu ini.