Yields Obligasi Inggris Naik Tajam, Pasar Panik
Imbal hasil obligasi Inggris (UK Gilts) naik tajam pada hari Rabu, menyusul sesi tanya jawab di parlemen yang justru meningkatkan kekhawatiran pasar. Harga obligasi jatuh, membuat yield obligasi 10 tahun naik lebih dari 10 basis poin, dan obligasi 30 tahun melonjak 13 basis poin — salah satu kenaikan harian terbesar dalam beberapa bulan terakhir.
Kekhawatiran Politik: Kanselir Kiri Picu Kepanikan
Kenaikan yield terjadi saat sesi PMQs (Prime Minister's Questions), di mana pemimpin oposisi menanyakan apakah Rachel Reeves akan tetap menjabat sebagai Kanselir Keuangan. Perdana Menteri menolak memberikan konfirmasi, sementara Reeves terlihat jelas kecewa. Keputusan ini memicu spekulasi bahwa pergantian kanselir akan mengarah pada kebijakan yang lebih condong ke kiri.
Mulai berinvestasi sekarang atau coba demo
Buat Akun DOWNLOAD APLIKASI SELULER DOWNLOAD APLIKASI SELULERPasar pun bereaksi negatif: yields 10 tahun kembali naik mendekati level 4,6%. Imbal hasil 30 tahun mencatatkan kenaikan terbesar sejak 3 April, hari di mana Presiden Trump mengumumkan tarif balasan terhadap mitra dagangnya.
Pound Tertekan, Risiko Fiskal Meningkat
Pound sterling kini menjadi mata uang terlemah di G10 hari ini. Kombinasi antara turunnya pound dan naiknya yield adalah tanda klasik tekanan fiskal. Indeks FTSE 250 yang lebih sensitif terhadap ekonomi domestik turun 0,8%, sementara FTSE 100 relatif lebih tahan.
Pertanyaan besar yang kini muncul: apakah pemerintah akan melakukan pemotongan pengeluaran baru, atau malah menaikkan pajak untuk menutup defisit yang membesar? Atau, akankah terjadi pembalikan kebijakan terkait belanja kesejahteraan?
Pasar Obligasi Tidak Suka Pembalikan Kebijakan
Menariknya, sebelum proposal pemangkasan tunjangan diumumkan, yields obligasi Inggris sempat menurun, yang mengindikasikan bahwa pasar menyambut positif langkah pengetatan anggaran. Tapi kini, sinyal pembatalan rencana tersebut justru mengguncang kepercayaan investor.
Awal Krisis Fiskal Baru?
Jika yield terus melonjak dalam beberapa hari ke depan, pemerintah Inggris akan dihadapkan pada dilema: menahan diri dengan kebijakan fiskal yang disiplin, atau tunduk pada tekanan politik dari fraksi Labour yang lebih permisif terhadap utang publik.
Kita sekarang hidup di era baru, di mana investor obligasi dengan mudah beralih ke obligasi korporasi yang dianggap lebih aman dan rendah risiko dibandingkan utang negara. Jika kondisi ini dibiarkan, Inggris bisa menghadapi krisis fiskal berikutnya.