15.50 · 6 Oktober 2025

The Week Ahead: Fokus FOMC & Earnings

Inti pembahasan

Pasar mencerna risiko politik terbaru dari Prancis.

Perdana Menteri baru Jepang yang dovish memicu lonjakan imbal hasil obligasi.

Gejolak politik G7 berdampak ke pasar obligasi dan bisa menjadi sumber volatilitas baru.

Saham farmasi dan sektor konsumen menjadi fokus di awal Q4.

Apakah pasar saham telah mencapai puncaknya?

Inti pembahasan

Pasar mencerna risiko politik terbaru dari Prancis.

Perdana Menteri baru Jepang yang dovish memicu lonjakan imbal hasil obligasi.

Gejolak politik G7 berdampak ke pasar obligasi dan bisa menjadi sumber volatilitas baru.

Saham farmasi dan sektor konsumen menjadi fokus di awal Q4.

Apakah pasar saham telah mencapai puncaknya?

Di awal pekan baru, pasar obligasi global sedang memanas. Imbal hasil obligasi Prancis naik di seluruh tenor dan harga obligasi turun, setelah Perdana Menteri baru Sebastian Lecornu mengundurkan diri pagi ini usai kabinet barunya mendapat sorotan dan kritik. Pasar obligasi Prancis kini mencerminkan ketidakpastian, apakah ini akan berujung pada pemilu baru? Apakah Presiden Macron akan bertahan? Pemimpin Partai Sosialis Prancis, yang memiliki suara penentu di parlemen, mengatakan bahwa kelompok Macron sedang “terpecah” dan kehilangan legitimasi.

Pasar mencerna risiko politik terbaru dari Prancis

Situasi ini berkembang cepat. Sekali lagi, Prancis tampak tanpa arah secara politik, dan hal ini juga menekan pasar saham. Indeks CAC 40 turun 1,77%, menjadi indeks dengan kinerja terburuk di Eropa. Penurunan terbesar terjadi di sektor barang mewah seperti Hermès dan LVMH. Walau politik tidak langsung memengaruhi perusahaan-perusahaan ini, fakta bahwa saham-saham terbesar dan paling bergengsi Prancis dijual menunjukkan investor tengah melepas aset Prancis secara luas, risiko penularan ke wilayah lain pun meningkat. Kekhawatiran terbesar di benak investor: apakah krisis politik ini mendekatkan National Rally, partai sayap kanan Prancis, ke kekuasaan. Harga pasar kini mencerminkan risiko tersebut, mendorong spread obligasi Prancis–Jerman ke level tertinggi dalam beberapa bulan, mendekati 100 basis poin.

Perdana Menteri baru Jepang yang dovish memicu lonjakan imbal hasil obligasi

Risiko politik meningkat di seluruh dunia. Pemerintahan AS masih shutdown, popularitas pemerintah Inggris merosot, dan Jepang baru saja mengumumkan pemimpin baru. Pengumuman bahwa Sanae Takaichi akan menjadi Perdana Menteri Jepang berikutnya mendorong saham Jepang melonjak, sementara obligasi dan yen merosot tajam.

Perdana Menteri baru ini berpihak pada kebijakan stimulus, dan menilai Bank of Japan tidak perlu menaikkan suku bunga. Pandangan yang meningkatkan permintaan saham dan menekan imbal hasil obligasi jangka panjang. USD/JPY naik 1,8% ke atas 150,00, menjadikan yen mata uang terlemah di antara negara G10. Penurunan yen menandakan pasar mulai meniadakan kemungkinan kenaikan suku bunga BoJ tahun ini.

Imbal hasil obligasi 30 tahun Jepang kini berada di level tertingginya, naik ke sekitar 3,3%. Meskipun belum menyerupai krisis “Liz Truss”, pergerakan ini menunjukkan bahwa politik kembali menjadi faktor dominan di pasar obligasi global.

Gejolak politik G7 berdampak ke pasar obligasi dan bisa menjadi sumber volatilitas baru

Dua negara G7, Jepang dan Prancis kini sama-sama mengalami lonjakan imbal hasil obligasi jangka panjang. Imbal hasil 30 tahun Jepang naik 13 bps, sementara Prancis naik 6,5 bps. Ini menimbulkan efek global: pasar obligasi dipenuhi tekanan jual, harga turun, dan imbal hasil naik di seluruh dunia. Pasar obligasi, yang merupakan tulang punggung sistem keuangan global, bisa memicu volatilitas di awal minggu ini. Saham Eropa melemah, sementara futures saham AS justru menguat, menandakan AS kembali dilihat sebagai safe haven saat investor beralih dari aset Eropa (khususnya Prancis) ke pasar AS.

Euro ikut tertekan akibat drama politik Prancis, menjadi mata uang terlemah kedua setelah yen. EUR/USD turun 0,7%. Sebaliknya, harga emas melonjak dan mencetak rekor baru, naik US$60 dan mendekati level US$4.000 per ons.

Saham farmasi dan sektor konsumen menjadi fokus di awal Q4

Pasar saham global ditutup menguat minggu lalu. S&P 500 naik lebih dari 1%, Nasdaq naik 1,3%. Namun, bursa Eropa menjadi outperformer: Eurostoxx 50 naik 2,7% dan FTSE 100 naik 2,2%. Meskipun demikian, risiko politik Prancis dapat membuat AS kembali memimpin minggu ini.

FTSE 100 terdorong oleh saham farmasi seperti AstraZeneca dan Hikma Pharmaceuticals. JD Sports menjadi top performer, naik lebih dari 16% berkat laporan hasil yang kuat dari Nike, yang bisa menjadi titik balik sektor konsumen.

Di Eropa, tema serupa terjadi. Sanofi memimpin kenaikan dengan naik 10%, diikuti oleh LVMH yang naik 7%. Namun, pagi ini LVMH menjadi salah satu yang terlemah di Eropa karena gejolak politik Prancis.

Sektor farmasi memulai Q4 dengan kuat dan bisa menjadi penopang di kuartal terakhir tahun ini. Kesepakatan Pfizer–Trump untuk menurunkan harga obat di AS dengan imbalan pembebasan tarif selama beberapa tahun mendorong sektor kesehatan melonjak minggu lalu. Dengan ketidakpastian politik yang masih tinggi, karakter defensif sektor ini bisa terus menarik investor.

Apakah pasar saham telah mencapai puncaknya?

FTSE 100, Eurostoxx 50, S&P 500, dan Nasdaq semuanya menutup minggu lalu di level rekor. Rotasi sektor bisa menjadi tema penting di Q4. Saham kesehatan tertinggal dibandingkan sektor teknologi, tetapi valuasi yang masih tinggi (misalnya AstraZeneca dengan PER 30x) tetap menarik minat pembeli di Oktober.

Apa arti kesepakatan Electronic Arts bagi saham teknologi

Salah satu sorotan lain minggu ini adalah kesepakatan Electronic Arts (EA) untuk go private dalam mega deal senilai US$55 miliar, didukung oleh Saudi Public Investment Fund. Ini menunjukkan Arab Saudi semakin agresif di sektor gim dan teknologi melalui investasinya. Menariknya, meskipun EA akan keluar dari bursa AS, Nasdaq tetap mencetak rekor baru. Hal ini bisa mendorong kenaikan valuasi calon target akuisisi lain di sektor AI dan teknologi.

Bitcoin bisa tetap tinggi di tengah risiko politik global

Shutdown pemerintah AS mungkin diabaikan pasar saham, namun lonjakan Bitcoin ke rekor tertinggi di atas US$125.000 pada Minggu menjadi tanda bahwa kripto mendapat dorongan dari ketegangan politik. Bitcoin kini bergerak sejalan dengan emas dan saham global.

Berikut adalah agenda utama pekan ini.

1, FOMC meeting minutes

Pasar tampak mengabaikan shutdown pemerintah AS yang dimulai 1 Oktober dan belum berakhir. Dampak utamanya adalah keterlambatan data ekonomi resmi seperti Non-Farm Payrolls. Jika berlanjut, rilis CPI 15 Oktober juga bisa tertunda, berpotensi mempersulit pertemuan FOMC pada 28–29 Oktober karena The Fed “terbang tanpa data.”

Ketiadaan data membuat risalah FOMC September dan komentar pejabat Fed menjadi sangat penting. Sepuluh anggota FOMC dijadwalkan berbicara minggu ini. Nada risalah bisa lebih hawkish dari ekspektasi pasar, terutama setelah beberapa pejabat Fed menyoroti kekhawatiran inflasi.

Risalah kemungkinan menunjukkan kekhawatiran Fed terhadap inflasi. Meskipun ini bisa menekan saham, shutdown bisa memaksa Fed memangkas suku bunga. Pasar Fed Fund Futures kini memperkirakan 96% peluang pemangkasan Oktober ke kisaran 3,75–4%, dan kemungkinan pemangkasan lanjutan di Desember. Ini dapat mendukung obligasi AS dan saham AS.

2, ECB meeting minutes

Risalah ECB juga dijadwalkan minggu ini. Investor akan menilai peluang penurunan suku bunga tambahan. Konsensus menunjukkan ECB kemungkinan mengakhiri siklus pemangkasan, terutama setelah inflasi zona euro meningkat. Sikap yang lebih netral dari pejabat ECB baru-baru ini memperkuat pandangan tersebut. Secara keseluruhan, risalah ECB dapat mendukung euro, yang sempat menjadi mata uang terlemah di G10 minggu lalu akibat krisis politik Prancis.

3, The start of earnings season

Musim laporan keuangan Q3 dimulai minggu ini, dengan sebagian besar anggota S&P 500 akan merilis hasil hingga akhir Oktober. Pertumbuhan laba diperkirakan melambat ke 6% (dari 11% di Q2), namun potensi earnings beat tetap besar. Tesla akan melapor di akhir Oktober setelah mencatat rekor pengiriman kendaraan di Q3.

Namun, ada dua risiko utama untuk musim laporan keuangan kali ini. Pertama, dampak nilai tukar (FX impact). Pelemahan dolar AS dapat menimbulkan tekanan bagi sebagian laba perusahaan, terutama yang beroperasi di luar negeri. Hal ini berpotensi menekan indeks FTSE 100 dalam beberapa minggu ke depan, karena perusahaan yang memperoleh pendapatan dalam dolar akan terdampak oleh penguatan poundsterling.

Kedua, risiko tarif perdagangan. Tarif tetap menjadi bayangan bagi musim laporan kali ini, karena investor akan memantau bagaimana hasil keuangan perusahaan dipengaruhi oleh US$93 miliar bea masuk yang dikumpulkan otoritas AS pada kuartal lalu, naik 33% dibandingkan kuartal sebelumnya (Q2). Beban ini bisa menjadi penekan pertumbuhan laba perusahaan, baik di AS maupun secara global.

AI dan “Magnificent 7” juga menjadi fokus utama. Belanja modal (capex) akan diawasi ketat, terutama dari perusahaan hyperscaler. Capex diperkirakan naik 75% YoY pada kuartal ini, namun kemudian melambat tajam di Q4. Oleh karena itu, pasar akan menunggu pernyataan dari raksasa teknologi seperti Microsoft, Google, dan Meta mengenai rencana belanja modal mereka ke depan.
 Perubahan strategi ini bisa berdampak besar pada saham semikonduktor seperti Nvidia. Selama ini, kelompok perusahaan ini cenderung melampaui ekspektasi pasar, sehingga masa depan tren investasi AI kemungkinan akan bergantung pada kesediaan hyperscaler untuk terus berinvestasi besar pada infrastruktur AI.

Minggu ini, Delta Air Lines dan PepsiCo akan membuka musim laporan keuangan pada hari Kamis. Hasil dari kedua perusahaan ini akan menjadi tolok ukur bagi kekuatan konsumen AS. Jika hasilnya lebih kuat dari perkiraan, hal ini bisa mendorong reli saham berlanjut, memperkuat momentum yang sudah terbentuk sejak laporan Q2 yang di atas ekspektasi.

6 Oktober 2025, 19.03

AMD Naik 25% di Pre-market Berkat Kesepakatan OpenAI

4 Oktober 2025, 00.47

Daily Summary: US2000 Pimpin Wall Street, Kripto & Emas Naik 📈

3 Oktober 2025, 22.25

Saham Coinbase Bertahan di Atas Zona Support $300 🔔

3 Oktober 2025, 22.20

3 Pasar yang Wajib Dipantau Minggu Depan: US100, Emas, & USDJPY (03.10.2025)

Bergabunglah dengan lebih dari 1.700.000 investor XTB dari seluruh dunia

Instrumen keuangan yang kami tawarkan, khususnya derivatif, berisiko tinggi. Saham Fraksional (FS) merupakan hak fidusia yang diperoleh dari XTB atas bagian saham fraksional dan ETF. FS bukanlah instrumen keuangan yang terpisah. Hak korporasi yang terbatas dikaitkan dengan FS.
Instrumen keuangan yang kami tawarkan, khususnya derivatif, berisiko tinggi. Saham Fraksional (FS) merupakan hak fidusia yang diperoleh dari XTB atas bagian saham fraksional dan ETF. FS bukanlah instrumen keuangan yang terpisah. Hak korporasi yang terbatas dikaitkan dengan FS.