Volatilitas biasanya meningkat di awal Agustus, dan itu benar-benar terjadi di 2025. Setelah aksi jual tajam pada hari Jumat, pasar saham global mulai pulih pada hari Senin. Indeks saham secara umum menghijau, dan indeks AS naik lebih dari 1%. Saham Eropa juga menguat tajam, meski FTSE 100 tertahan kinerjanya akibat tekanan dari sektor energi yang terpukul oleh peningkatan produksi OPEC+.
Grafik 1: Indeks volatilitas VIX untuk S&P 500
Source: XTB dan Bloomberg
AS Ancam India dengan Tarif Baru
Drama tarif berlanjut, dan ini bisa membuat VIX tetap tinggi pekan ini. Pada Senin sore, Donald Trump menyatakan akan menaikkan tarif terhadap India karena pembelian minyak Rusia oleh negara tersebut. Presiden tidak menyebutkan besaran kenaikan tarif dari level saat ini yang sudah cukup tinggi di 25%, namun hal ini menegaskan bahwa Trump akan terus menggunakan tarif sebagai alat untuk mencapai tujuan politik—kali ini dalam urusan luar negeri.
Saham Swiss Naik karena Negosiasi Dagang Dimulai Lagi
Berita ini tidak terlalu memengaruhi sentimen risiko, dan saham AS tetap melanjutkan kenaikan pada hari Senin. Ini bisa jadi karena berita negatif soal tarif diimbangi oleh kabar positif. Misalnya, laporan terbaru menunjukkan bahwa otoritas Swiss bersedia memberikan penawaran dagang yang lebih baik kepada Trump demi tarif yang lebih rendah. Hal ini membantu indeks Swiss memulihkan kerugian sebelumnya. Secara keseluruhan, pasar saham Swiss memang tertinggal dibandingkan indeks Eropa lainnya sejak aksi jual besar April lalu. Namun, dampak tarif 39% yang dikenakan Trump belum menimbulkan pukulan besar dalam beberapa hari terakhir. Ini menunjukkan bahwa investor optimis negosiasi tarif yang lebih rendah bisa segera tercapai.
Dolar AS masih melemah pada hari Senin, meski sudah naik dari titik terendahnya, seiring kenaikan imbal hasil Treasury setelah penurunan tajam hari Jumat. Dolar saat ini kurang diminati dibandingkan saham, karena menghadapi political risk premium yang tidak dialami pasar saham.
Earnings Kuat Perkuat Strategi “Buy the Dip”
Salah satu faktor penguat sentimen pasar saham AS dan strategi “buy the dip” adalah musim laporan keuangan. Sejauh ini, earnings perusahaan AS menunjukkan performa kuat, terutama dari sektor teknologi. Dari dua pertiga perusahaan S&P 500 yang telah merilis laporan keuangan, lebih dari 80% mencatat hasil di atas ekspektasi, dengan rata-rata earnings 8% lebih tinggi dari perkiraan. Pertumbuhan laba gabungan kini di atas 10% untuk kuartal II—menandai kuartal ketiga berturut-turut dengan pertumbuhan dua digit untuk S&P 500. Mengingat sebelumnya pasar memperkirakan hasil Q2 akan lemah, ini menjadi kejutan positif yang patut disambut.
Bisakah Saham Tetap Naik di Tengah Realitas Tarif Baru?
Jadi, meskipun kita sedang berada di periode paling volatil sepanjang tahun, dalam kondisi saat ini volatilitas diperkirakan hanya sementara karena investor terus “buy the dip”. Bias arah pasar saat ini cenderung naik, dan data earnings yang kuat mendukung pandangan ini. Namun perlu dicatat, laporan keuangan kuartal II belum mencerminkan dampak dari tarif baru yang dikenakan Trump, yang kini lebih tinggi dari tarif dasar 10% yang diterapkan setelah "Liberation Day" di bulan April. Oleh karena itu, perlu dilihat apakah indeks S&P 500 serta sektor teknologi dan keuangan masih mampu mempertahankan momentumnya di paruh kedua tahun ini.
Daily Summary: Wall Street Mengakhiri Pekan dengan Kenaikan Tenang 🗽
3 Pasar yang Perlu Dipantau Pekan Depan (05.12.2025)
US100 Menguat Setelah Data PCE 📈
Netflix Akuisisi Warner Bros: Dampaknya bagi Streaming & Pasar