Jumat, 14 November, menjadi hari penuh gejolak di pasar keuangan global. Dengan sentimen investor yang memburuk tajam, terjadi aksi jual besar-besaran di hampir seluruh kelas aset — mulai dari saham hingga komoditas dan kripto — menandakan adanya pergeseran besar dalam sikap investor terhadap risiko.
Sentimen pasar kini berada di titik kritis saat pasar AS bersiap dibuka setelah aksi jual masif melanda bursa Eropa dan Asia. Pertanyaan utama bagi investor adalah: apakah sesi pembukaan di Wall Street akan menjadi titik kapitulasi, di mana aksi jual panik berakhir dan kondisi oversold memicu pembelian kembali, atau apakah momentum pelemahan justru akan berlanjut dan memperdalam kejatuhan pasar. Sumber: xStation
Pasar saham tengah mengalami aksi jual terbesar sejak April, ketika investor dihantui kekhawatiran tarif impor era Donald Trump. Penurunan pada futures S&P 500 dan Nasdaq 100 dipicu oleh kombinasi faktor fundamental dan makroekonomi. Pertama, sektor teknologi dan kecerdasan buatan (AI) tetap menjadi pusat perhatian — munculnya keraguan atas valuasi dan imbal hasil nyata dari investasi besar-besaran di AI memicu tekanan jual, terutama pada perusahaan seperti Nvidia, Broadcom, dan AMD. Kedua, ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed yang menurun turut memperburuk sentimen. Peluang pemangkasan suku bunga Desember anjlok dari 95% menjadi sekitar 50%, sementara nada hawkish bank sentral meningkatkan aversi risiko di pasar.
Sumber: Bloomberg Financial LP
Pasar juga bereaksi terhadap ketidakpastian politik dan ekonomi global. Penutupan pemerintahan AS yang berkepanjangan menyebabkan penundaan publikasi data ekonomi utama, menyulitkan analisis kondisi ekonomi. Di Inggris, ketidakpastian pembiayaan defisit fiskal menekan nilai poundsterling. Sementara itu, data lemah dari China — di mana produksi industri hanya tumbuh 4,9% YoY, laju paling lambat dalam 14 bulan — turut memperdalam kekhawatiran pasar global.
Aksi jual besar-besaran ini memicu kenaikan indeks volatilitas VIX dan mendorong rotasi modal dari saham pertumbuhan ke aset defensif. Dalam jangka pendek, pasar diperkirakan tetap berhati-hati, dan penurunan lebih lanjut masih mungkin terjadi apabila muncul sinyal makro negatif baru atau The Fed mempertahankan sikap hawkish-nya.
Namun, sesi perdagangan kali ini berbeda dari biasanya: bahkan “safe haven” seperti emas pun ikut melemah. Logam mulia tersebut turun 2%, menembus level USD 4.100 per ons.
Selain pasar saham, Bitcoin juga anjlok 5% dalam sehari, turun di bawah USD 95.000. Ini merupakan penurunan terdalam sejak awal tahun, ketika kripto tersebut sempat kehilangan 33% dari puncaknya. Saat ini, BTC sudah terkoreksi 25% dari level tertingginya di awal Oktober.
Serangkaian aksi jual terbaru ini nyaris menghapus seluruh kenaikan Bitcoin sepanjang tahun 2025, menandai tekanan besar pada aset berisiko tinggi di tengah meningkatnya ketidakpastian global.
US Open: US100 Rebound 🗽 Micron Dekati Rekor Tertinggi 📈
Micron Melonjak 🚀 Berkat Rekor Kenaikan Harga DRAM
Daily Summary: Shutdown AS Berakhir, Tapi Sentimen Pasar Melemah
Google Diselidiki Uni Eropa Soal Pelanggaran Digital