Saat minggu baru dimulai, fokus utama tertuju pada sektor perbankan Inggris. Saham Lloyds naik lebih dari 6%, sementara Close melonjak lebih dari 30%, memimpin sektor perbankan Inggris di sesi Eropa. Barclays juga menjadi salah satu saham terbaik di indeks FTSE 100 hari ini. Lonjakan ini terjadi setelah FCA menyatakan bahwa bank-bank yang memberikan pinjaman mobil hanya perlu membayar kompensasi maksimal sebesar £18 miliar, dan kemungkinan lebih realistis sebesar £9 miliar. Meskipun angka ini lebih tinggi dari dana yang telah disiapkan, tetap lebih rendah dari beberapa proyeksi terburuk sebelumnya.
Sektor perbankan kemungkinan besar akan mendominasi minggu ini, apalagi indeks perbankan Eurostoxx 50 mencetak rekor tertinggi minggu lalu. Meskipun hal ini belum mampu mengangkat performa indeks Eropa secara keseluruhan dibandingkan indeks AS, hal ini menunjukkan bahwa sektor keuangan bisa jadi pemimpin di awal minggu ini — dan bank-bank UK berpotensi mengungguli rekan-rekannya. Berita dari FCA juga bisa memperkuat ketahanan bank Inggris di tengah ekspektasi pemangkasan suku bunga oleh Bank of England minggu ini.
Dolar AS Tertekan, Saham Mulai Pulih
Pekan lalu ditutup dengan kejutan: data ketenagakerjaan AS yang lemah disusul pemecatan Kepala Biro Statistik Tenaga Kerja (BLS) oleh Presiden Trump. Langkah ini menuai banyak kritik, karena data tenaga kerja AS selama ini dianggap paling kredibel secara global. Namun pertanyaannya: apakah pasar peduli?
Jawabannya: ya dan tidak. Saham AS dan Eropa diperkirakan dibuka lebih tinggi hari ini setelah penurunan tajam Jumat lalu. Indeks saham AS turun lebih dari 2% minggu lalu, sementara Eurostoxx 50 anjlok 3,5%. Dolar, yang sempat menguat sepanjang Juli, kini kehilangan dukungan — dan pelemahannya berlanjut awal minggu ini. Dolar adalah mata uang terlemah ketiga di ruang G10 hari Senin pagi, sementara franc Swiss, yen, dan euro terus menguat terhadap USD. Jadi, tampaknya dolar masih terpukul oleh peristiwa Jumat, sementara saham sudah mulai rebound.
Dolar sangat sensitif terhadap isu domestik, karena mencerminkan kondisi internal AS. Meski intervensi Trump terhadap BLS diprediksi hanya berdampak sementara, kritik tajamnya terhadap The Fed karena enggan menurunkan suku bunga bisa menambah tekanan terhadap USD. Dalam jangka panjang, hal ini bisa merusak reputasi aset-aset AS, terutama dolar dan US Treasury. Obligasi pemerintah AS sempat menguat beberapa bulan terakhir, tapi kini berpotensi tertekan. Pergerakan yield obligasi dan USD akan diawasi ketat minggu ini untuk mendeteksi potensi risk premium politik.
Tahun 2025 sejauh ini merupakan tahun buruk bagi dolar, meski mulai pulih di bulan Juli sebagai mata uang G10 terkuat bulan itu. Namun awal Agustus dibuka dengan pelemahan lagi. Meskipun saat ini belum terlihat jelas risk premium politik, tindakan Trump justru bisa mendongkrak daya tarik emas. Harga emas sudah naik 28% sejak awal tahun, dan pekan lalu naik 1,3% — mengungguli hampir semua kelas aset lainnya. Dalam kondisi saat ini, emas tetap menjadi primadona.
Dua Event Penting Minggu Ini
1. Siapa Gubernur The Fed Berikutnya?
Akhir pekan lalu, Gubernur Federal Reserve Adriana Kugler mengundurkan diri. Presiden Trump harus menunjuk penggantinya — kemungkinan besar minggu ini. Nama pengganti ini juga disebut-sebut berpotensi menjadi Ketua The Fed berikutnya ketika Jerome Powell mundur pada Mei mendatang. Kandidat kuat meliputi Kevin Warsh (mantan Gubernur The Fed), Christopher Waller (yang mendukung pemangkasan suku bunga minggu lalu), dan Menteri Keuangan Scott Bessant. Siapapun yang dipilih kemungkinan besar cenderung dovish dan lebih akomodatif terhadap tekanan politik untuk memangkas suku bunga. Ini sudah membebani dolar, meskipun obligasi pemerintah AS justru underperform hari ini — dan yield-nya naik.
Pasar kini memperkirakan ada 2,4 kali pemangkasan suku bunga The Fed hingga akhir tahun (dibanding hanya 1,4 minggu lalu). Peluang pemangkasan pada bulan depan mencapai 84%, Oktober 72%, dan Desember 79%. Hal ini menunjukkan bahwa pasar sudah mengantisipasi Gubernur The Fed yang lebih dovish. Namun, jika pasar khawatir dengan intervensi politik, pengumuman calon Gubernur baru bisa memicu lonjakan yield — sebagai bentuk ekspresi risiko politik.
Data ISM sektor jasa dan klaim pengangguran awal minggu ini juga akan jadi sorotan, karena bisa mengubah pandangan pasar atas kondisi ekonomi AS. Untuk saat ini, data payroll masih mendominasi sentimen — menghantam narasi bahwa ekonomi AS tahan banting terhadap lonjakan tarif global.
2. Bank of England
Pasar memperkirakan Bank of England akan memangkas suku bunga pada Kamis ini — dengan probabilitas sebesar 96% menurut pasar futures. Setelah itu, hanya satu kali pemangkasan lagi yang diperkirakan hingga akhir tahun. Setelah revisi besar-besaran terhadap ekspektasi suku bunga AS minggu lalu, BoE diperkirakan akan memangkas lebih sedikit dari The Fed, yang membantu dolar sedikit pulih awal bulan ini.
BoE diperkirakan akan menurunkan suku bunga ke 4% dari 4,25%. Namun, dengan inflasi masih di 3,6%, BoE diprediksi akan berhati-hati — bahkan mungkin terjadi perpecahan suara 6-3, menunjukkan adanya anggota yang tidak setuju dengan pemangkasan.
Poundsterling adalah mata uang G10 terburuk bulan lalu, tertekan oleh prospek pertumbuhan yang lemah, ekspektasi pemangkasan suku bunga, dan ketidakpastian politik. Menjelang pertemuan BoE, obligasi Inggris (Gilts) mengungguli obligasi Eropa, namun masih kalah dari US Treasury. Ini bisa jadi sinyal bahwa investor obligasi percaya ECB telah selesai memangkas suku bunga, sementara The Fed dan BoE masih punya ruang pemangkasan lebih lanjut.
Jika BoE tidak mengubah narasi ini, pound bisa tetap tertekan, apalagi jika mereka juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Inggris secara tajam.