- Pelemahan ketegangan perdagangan menenangkan pasar yang gelisah
- Investor tidak lagi terlalu optimis, namun tren kenaikan terus berlanjut
- Tidak ada tema yang mengikat untuk pasar
- Kekhawatiran kredit berlebihan
- Mengapa penjualan kecil-kecilan baik untuk pasar
- Bank mungkin memiliki reaksi tertunda terhadap hasil kinerja
- Negara berkembang (EM) diuntungkan dari kenaikan harga emas
- Pemantauan data
- Pelemahan ketegangan perdagangan menenangkan pasar yang gelisah
- Investor tidak lagi terlalu optimis, namun tren kenaikan terus berlanjut
- Tidak ada tema yang mengikat untuk pasar
- Kekhawatiran kredit berlebihan
- Mengapa penjualan kecil-kecilan baik untuk pasar
- Bank mungkin memiliki reaksi tertunda terhadap hasil kinerja
- Negara berkembang (EM) diuntungkan dari kenaikan harga emas
- Pemantauan data
Memasuki minggu baru, sentimen risiko global menunjukkan pemulihan. Kontrak berjangka saham di AS dan Eropa bergerak positif, sementara saham Asia juga menguat, dengan Nikkei naik hampir 3% dan Hang Seng naik lebih dari 2%. Investor tampaknya mulai meninggalkan volatilitas pekan lalu dan berfokus pada aliran berita positif.
Ketegangan Dagang Mereda, Pasar Tenang
Laporan akhir pekan menunjukkan bahwa Presiden Trump akan melonggarkan sebagian tarif impor terhadap produk-produk yang sulit diproduksi di AS. Langkah ini menandakan pendekatan lebih lunak terhadap Tiongkok dan dapat meningkatkan sentimen risiko global. Hal ini juga menunjukkan pola interaksi yang berulang antara pasar keuangan dan kebijakan Trump — setiap kali retorika tarif memicu gejolak, Trump kemudian melunak, membuat pasar pulih kembali.
Investor Lebih Waspada, Tapi Tren Naik Berlanjut
Namun, pergerakan harga terbaru menunjukkan bahwa investor menjadi kurang tenang dibandingkan beberapa minggu lalu, dan kita mungkin perlu terbiasa dengan fluktuasi harga yang lebih besar. Indeks Vix melonjak di atas 25 minggu lalu dan masih di atas rata-rata 12 bulan sebesar 18.
Meskipun terjadi kerugian besar di berbagai indeks global pekan lalu, S&P 500 ditutup lebih tinggi pada Jumat, dan naik 1,7% pekan lalu. S&P 500 perlahan mendekati rekor tertinggi dari awal bulan ini, dan volatilitas terbaru tidak memicu penutupan di bawah rata-rata pergerakan 50 hari (50-day sma), yang menunjukkan bahwa tren naik tetap utuh.
Tidak Ada Tema Tunggal di Pasar
Indeks S&P 500 dan Dow Jones outperformed indeks Nasdaq, namun tidak ada tema utama atau yang mengikat. Kinerja saham terbaik di AS pekan lalu termasuk Estee Lauder, On Semiconductor, dan Best Buy. Indeks S&P 500 yang diukur secara proporsional (equal-weighted) outperformed indeks S&P 500 yang diukur berdasarkan kapitalisasi pasar (market-cap weighted) pekan lalu, namun The Magnificent 7 kembali bangkit pada Jumat dan Tesla menjadi salah satu saham dengan kinerja terbaik di indeks utama AS, bersama dengan Estee Lauder dan American Express. Hal ini menunjukkan bahwa faktor-faktor individu dapat mendorong pergerakan saham dalam beberapa pekan ke depan.
Demikian pula, tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan penurunan pasar minggu lalu, melainkan gabungan faktor yang menekan sentimen: 1, ketegangan perdagangan baru antara China dan AS, yang memukul sentimen di awal minggu, 2, kekhawatiran tentang valuasi saham AI, dan 3, masalah di pasar kredit.
Kekhawatiran Kredit Dianggap Berlebihan
Pekan lalu, sentimen pasar terguncang oleh kekhawatiran di sektor kredit, dipicu oleh kebangkrutan dua pemberi pinjaman otomotif: First Brands dan Tricolor. Namun, analis menilai masalah ini bersifat individual, bukan sistemik. Beberapa hasil positif dari bank regional AS turut menenangkan pasar. Dengan meredanya ketegangan dagang dan kekhawatiran kredit, investor kini lebih optimis.
Mini Sell-off Justru Sehat untuk Pasar
Koreksi singkat minggu lalu mencerminkan dua hal penting: 1, minimnya data ekonomi AS akibat government shutdown, membuat pasar bereaksi berlebihan terhadap berita kecil dan 2, pasar masih disiplin dalam menjaga valuasi, mencegah euforia berlebih seperti tahun-tahun sebelumnya.
Bank Mungkin Bereaksi Tertunda terhadap Earnings
Meskipun bank-bank besar AS mencatat laba dan pendapatan yang kuat berkat meningkatnya aktivitas investment banking, sektor keuangan justru turun lebih dari 3% pekan lalu.
Jika kekhawatiran kredit mulai mereda, sektor ini berpotensi rebound di awal minggu baru.
Pasar Negara Berkembang Diuntungkan oleh Reli Harga Emas
Reli harga emas memang sedikit melambat di awal pekan ini, namun logam mulia tersebut menemukan dukungan kuat di level $4.250 per ons. Kenaikan harga emas sebelumnya didorong oleh aksi jual pada aset berisiko pekan lalu — dan pemenang terbesar dari reli emas tahun ini adalah pasar negara berkembang (emerging markets/EM). Kinerja luar biasa emas sepanjang 2025 telah mendorong kebangkitan harga aset di pasar negara berkembang. Sebagai contoh, indeks saham utama Afrika Selatan naik 31% sejak awal tahun, dibandingkan dengan S&P 500 (+13%), FTSE 100 (+14%), dan Eurostoxx 50 (+14,5%).
Reli emas ini menciptakan efek kekayaan (wealth effect) di negara-negara penghasil emas.
Afrika Selatan, yang memiliki tambang emas terdalam di dunia, menjadi tujuan favorit investor. Jika reli emas berlanjut, dampaknya bisa sangat signifikan terhadap prospek investasi di pasar negara berkembang.Biasanya, ketika harga emas naik tajam, aset berisiko seperti saham dan obligasi EM justru melemah. Namun, tahun ini justru terjadi pembalikan hubungan tersebut — bursa saham negara berkembang seperti Afrika Selatan kini mengungguli indeks besar seperti S&P 500 dan Nasdaq.
Meskipun saham-saham AS dan sektor teknologi mendominasi pemberitaan, peta investasi global saat ini jauh lebih beragam. Bahkan, beberapa indeks dengan eksposur teknologi rendah justru mencatatkan kinerja luar biasa, menjadi pengingat penting agar investor tidak terpaku pada satu tema atau narasi pasar.
Chart 1: Indeks saham Afrika Selatan, S&P 500, Nasdaq, dan FTSE 100 (dinormalisasi untuk menunjukkan pergerakan sepanjang tahun ini). Sumber: XTB dan Bloomberg
Sumber: XTB and Bloomberg
Reli harga emas juga mengangkat nasib Ghana, salah satu produsen emas utama dunia, yang mendapat kenaikan peringkat kredit tahun ini berkat lonjakan pendapatan dari ekspor emas. Kondisi ini berbanding terbalik dengan Prancis, yang tengah berjuang menghadapi beban utang publik yang besar. Lembaga pemeringkat S&P Global Ratings secara mengejutkan menurunkan peringkat kredit Prancis dari AA- menjadi A+. Kehilangan peringkat ganda-A tersebut memperberat posisi Perdana Menteri Lecornu dalam negosiasi anggaran negara.
Kini, Prancis telah kehilangan peringkat AA di dua dari tiga lembaga pemeringkat besar dunia. Akibatnya, imbal hasil obligasi Prancis bisa melonjak lebih tinggi dalam waktu dekat. Meskipun utang Prancis masih termasuk kategori investment grade, langkah ini menyoroti situasi fiskal sulit yang dihadapi negara tersebut. Kondisi politik yang terfragmentasi di Majelis Nasional Prancis membuat konsolidasi fiskal hampir mustahil dilakukan. Menjelang pemilihan presiden 2027, isu defisit anggaran dan pengendalian utang kemungkinan akan menjadi tema utama politik dan ekonomi. Investor kini memantau pergerakan spread obligasi Prancis–Jerman. Jika selisih imbal hasil kembali mendekati 100 basis poin, hal itu akan menjadi indikasi tekanan meningkat di pasar obligasi Prancis.
Minggu ini pasar global akan dibanjiri oleh beragam rilis data ekonomi penting. Berikut adalah tiga yang paling patut diperhatikan oleh investor:
1, CPI Amerika Serikat
Data inflasi konsumen (CPI) AS yang sempat tertunda akan menjadi sorotan utama minggu ini, menjelang rapat FOMC minggu depan. Analis memperkirakan inflasi tahunan naik menjadi 3,1% dari 2,9% pada Agustus, sementara CPI inti diproyeksikan tetap stabil di 3,1%. Namun, sebagian ekonom memperkirakan inflasi bisa mengejutkan ke bawah, karena penurunan harga tiket pesawat dan hotel berpotensi memberikan efek deflasi. Dampak inflasi dari tarif impor juga lebih ringan dari perkiraan semula, dan beberapa barang yang sebelumnya naik harga kini mengalami penurunan harga untuk mendorong permintaan. Secara keseluruhan, laporan CPI kali ini kemungkinan besar akan memberi lampu hijau bagi The Fed untuk memangkas suku bunga pada pertemuan minggu depan.
2, CPI Inggris
Minggu ini juga akan dirilis serangkaian data ekonomi Inggris, termasuk penjualan ritel, keuangan publik, dan inflasi (CPI). Data inflasi menjadi fokus utama karena laporan September diperkirakan menunjukkan kenaikan CPI utama menjadi 4%, sesuai dengan puncak proyeksi Bank of England (BoE). Tekanan harga terutama berasal dari kenaikan harga bahan bakar, sementara inflasi jasa diperkirakan tetap stabil di 4,7%. Laporan ini tidak diharapkan mengubah arah kebijakan BoE, yang kemungkinan tidak akan menurunkan suku bunga dalam waktu dekat selama inflasi masih di 4%. Pemangkasan suku bunga pertama di Inggris baru diperkirakan terjadi pada Februari 2026, ketika inflasi mulai melandai. Siklus pelonggaran moneter Inggris kemungkinan baru akan meningkat pada awal hingga pertengahan 2026, dengan tingkat akhir (terminal rate) diperkirakan sedikit di bawah 3,5% dalam setahun ke depan. Menariknya, pound sterling menjadi mata uang paling tangguh kedua di G10 terhadap dolar AS sepanjang bulan ini. Tekanan inflasi yang masih tinggi dan ekspektasi tidak ada pemangkasan suku bunga hingga 2026 bisa menjaga kekuatan pound dalam beberapa bulan mendatang. Jika pasangan GBP/USD menembus level $1.3475, itu akan menjadi sinyal bullish jangka pendek.
3, Data PMI Global
Data Purchasing Managers’ Index (PMI) global untuk bulan Oktober juga akan menjadi fokus minggu ini. Investor akan memperhatikan apakah ekonomi AS masih mempertahankan keunggulannya di antara negara maju. Sentimen berpotensi membaik menjelang keputusan pemangkasan suku bunga The Fed pada akhir bulan ini. Untuk Eropa, investor ingin melihat apakah aktivitas ekonomi zona euro, yang tumbuh pada laju tercepat dalam 16 bulan terakhir pada September, dapat mempertahankan momentumnya. Namun, ketidakpastian politik di Prancis bisa menekan sentimen kawasan, terutama jika ketegangan fiskal terus meningkat.
Sementara itu, PMI Inggris masih menunjukkan kelemahan pada September. Pasar menantikan apakah akan ada perbaikan pada Oktober, meskipun ekspektasinya rendah karena kekhawatiran kenaikan pajak dalam anggaran mendatang. Laporan PMI bulan ini juga bisa menunjukkan perlambatan pertumbuhan harga, yang menambah harapan bahwa inflasi Inggris mencapai puncaknya di 4% dan akan segera menurun. Secara keseluruhan, data PMI global diperkirakan tidak akan mengguncang sentimen risiko, namun penurunan pada indeks Eropa akibat faktor politik Prancis dapat menekan euro, meskipun sejauh ini mata uang tersebut masih bertahan kuat di tengah risiko domestik.
Daily Summary: Wall Street Coba Hentikan Aksi Jual 📉 Emas Turun 1.8%, Bitcoin Anjlok 4.5%
Alibaba Jatuh 📉 Dihantam Isu Keamanan Nasional AS
US Earnings Season Summary 🗽 Laba Perusahaan AS Masih Kuat Menurut FactSet
3 Pasar yang Wajib Dipantau Pekan Ini 🔍